Laporan Praktikum KLT



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1            Tujuan Praktikum

         1.         Menjelaskan prinsip dasar Kromatografi Lipis Tipis (KLT).

         2.         Melakukan identifikasi senyawa pewarna, bahan alam dan obat sintetik secara KLT.

1.2          Dasar Teori

Kromatografi adalah suatu metode untuk separasi yang menyangkut komponen suatu contoh di mana komponen dibagi-bagikan antara dua tahap, salah satu yang mana adalah keperluan selagi gerak yang lain. Di dalam gas kromatografi adalah gas mengangsur suatu cairan atau tahap keperluan padat. Di dalam cairan kromatografi adalah campuran cairan pindah gerakkan melalui cairan yang lain, suatu padat, atau suatu ‘gel’ agar. Mekanisme separasi komponen mungkin adalah adsorpsi, daya larut diferensial, ion-exchange, penyebaran/perembesan, atau mekanisme lain (David. 2001).

Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawamurni dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan  bahan sangat sedikit, baik menyerap maupun merupakan cuplikan KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofilik seperti lipid-lipid dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat digunakan untuk mencari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapis tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat ( Fessenden, 2003).

Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah penyerapan pada pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat yang ada dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang digunakan. Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan tergantung pada (Soebagil,2002).

Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya (Gandjar,2007).

BAB II

METODE KERJA

 

   2.1            Alat dan Bahan

    2.1.1    Alat

1.      Bejana kromatografi (Chamber)

2.      Gelas ukur

3.      Hair dryer

4.      Kertas saring

5.      Lampu UV 

6.      Penggaris

7.      Pensil

8.      Pinset

9.      Plat KLT

10.  Silika

    2.1.1    Bahan

1.      Air

2.      Asam Asetat

3.      Butanol

4.      Spidol merah , biru , hitam.

2.2 Cara Kerja

                   1.  Dibuat fase gerak dengan mencampur butanol , asam asetat dan air dengan perbandingan 1:5:4

                         2.  Dimasukkan fase gerak ke dalam bejana dan dibiarkan jenuh dengan menutup bejana

                     3.    Diatas plat KLT diteteskan zat yang akan di identifikasi menggunakan pipa kapiler dengan jarak 1 cm dari bagian bawah plat KLT.

                     4.         Plat ditempatkan di dalam bejana kromatografi yang berisi eluen. dilakukan elusi sampai batas atas plat,

                     5.         Setelah eluen naik sampai tanda batas, plat KLT diambil dari bejana dan dikeringkan.

                     6.         Dilihat spot dibawah sinar UV dengan panjang gelombang 245 dan 366

                     7.         Tentukan nilai Rf (Retention Factor).



BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1            Data Pengamatan

Sampel

Hasil

Spidol hitam

Noda

A ungu  =  1 cm

A biru   =  1,3 cm

A hijau  =  1,4 cm

A merah =  1,7 cm

Spidol hijau

Noda

A biru  =  1 cm

A hijau  =  1,4 cm

A kuning  =  1,5 cm

Spidol biru

Noda

A biru  =  5,8 cm




  3.2            Pembahasan

Pada praktikum kali ini kita membahas tentang kromatografi lapis tipis, dimana kromatografi lapis tipis merupakan suatu metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan distribusi antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam bersifat polar sedangkan fase gerak bersifat nonpolar atau semipolar. Sampel yang kita gunakan yaitu spidol hitam, hijau dan biru, chember digunakan sebagai fase gerak yang akan dijenuhkan. Untuk fase geraknya kita menggunakan bahan butanol, etil asetat dan air dengan perbandingan 1:5:4.

Fase diam dalam KLT merupakan penyerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya. Sedangkan fase gerak adalah pemisahan pada KLT dikendalikan oleh rasio distribusi komponen dalam sistem fase diam atau penjerap dan eluen tertentu. Fase gerak yang baik itu adalah fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif,

Prinsip KLT yaitu pemisahan komponen-komponen berdasarkan perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam dibawah gerakan pelarut pengembang. Prinsip kerja yang lainnya yaitu memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silica dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Proses eluen terjadi karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak. Eluen yang baik adalah eluen yang bisa memisahkan senyawa dalam jumlah yang banyak dan ditandai dengan munculnya noda, tujuan penjenuhan chamber adalah untuk menghilangkan uap air atau gas lain yang mengisi fase penyerap yang akan menghalangi laju eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis, terjadi hubungan kesetimbangan antara fase diam dan fasa gerak, dimana ada interaksi antara permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya. Kesetimbangan ini dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu  kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak, serta kepolaran dan ukuran molekul.

Praktikum kromatografi ini menggunakan silica gel karena silica gel ini bersifat polar dan salah satu absorban yang bisa digunakan pada kromatografi lapis tipis. Silika gel yaitu satu padatan organik yang mempunyai situs aktif gugus silanol (Si-OH) dan siloksan (Si-O-Si) di permukaan serta sifat fisik sepesti kestabilan mekanik, porositas dan luas permukaan. Dengan adanya gugus OH yang mempu membentuk ikatan hidrogen dengan gugus yang sama dari molekul yang lain menyebabkan silika dapat digunakan sebagai pengering dan fase diam pada kolom kromatografi untuk senyawa organik. Silika gel ini menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang tergantung kepada cara pembuatannya. Selain itu harus diingat bahwa penyerap yang berpengaruh nyata terhadap daya pemisahnya.

BAB IV

KESIMPULAN

 

Berdasarkan hasil praktikum “Kromatografi Lapis Tipis (KLT)” maka dapat disimpulkan bahwa :

1.       Kromatografi lapis tipis merupakan suatu metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan distribusi antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak.

2.       KLT terdiri atas 2 fase yaitu fase diam bersifat polar sedangkan fase gerak bersifat nonpolar atau semipolar.

3.       Prinsip KLT yaitu pemisahan komponen-komponen berdasarkan perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam dibawah gerakan pelarut pengembang.

4.       Dalam percobaan ini untuk fase geraknya kita menggunakan bahan butanol,

etil asetat dan air dengan perbandingan 1:5:4.

5.       Rf merupakan nilai dari jarak relative pada pelarut.



DAFTAR PUSTAKA

 

David. 2010. Pengantar Kromatografi. Bandung: Institut Teknologi Bandung Press.

Fessenden R.J dan J.S Fessenden., 2003, Dasar-dasar kimia organik. Jakarta. Erlangga

Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman., 2007,Kimia Farmasi  Analisis. Pustaka pelajar. Yogyakarta.

Soebagio., 2002. Kimia Analitik. Universitas Negeri Makassar Fakultas MIPA. Makassar.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Tahap Pembuatan Simplisia Daun Pandan Wangi

Review skincare produk body scrub sariayu martha tilaar putih langsat

Laporan Praktikum Anfisman